Bulan agustus baru saja lewat, ini berarti bendera merah putih yang terpasang di tiang bendera rumah bisa disimpan kembali. Bulan Agustus memang identik dengan bendera merah putih dan perayaan kemerdekaan Indonesia. Dari mendekati tanggal 17 agustus sampai berakhirnya bulan ini, dimana-mana ramai merayakannya dengan aneka kegiatan. Tentunya, kegiatan-kegiatan yang bisa menimbulkan sikap dan semangat nasionalisme.
Perwujudan sikap nasionalisme di jaman teknologi ini sudah pasti tidak berarti angkat senjata dan berperang bela negara tetapi dapat diwujudkan dalam bentuk yang lain, seperti bagaimana mengharumkan nama bangsa dengan prestasi dibidang olah raga, seni, budaya, kompetisi ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Melakukan kegiatan-kegiatan yang memperlihatkan karakter bangsa. Dan itu diharapkan tidak dilakukan tidak hanya di bulan Agustus saja. Kapanpun, sepanjang masa dan sejak masa kanak-kanak.
Bagaimana sih sebenarnya cara menanamkan sikap nasionalisme yang benar pada anak?
Tanggal 29 Agustus kemaren, Pinisi Edutainment Park, mengundang emak-emak blogger untuk hadir dalam Bincang Pintar bersama Kak Seto, dengan tema "Menanamkan Rasa Nasionalisme Pada Anak". Pada kesempatan itu, beliau menjelaskan bahwa sikap nasionalisme itu penting ditanamkan sejak dini. Karena pada dasarnya anak itu senang belajar. Dari mereka kecil, mereka sudah mulai belajar bukan? Belajar berjalan, belajar bicara, belajar makan, dan sebagainya. Begitu juga dengan sikap dan rasa nasionalisme. Itu bisa diajarkan kepada anak sedari kecil. Tentunya mengajarkannya harus dengan cara yang menyenangkan. Apapapun itu, ciptakanlah suasana yang gembira. Mengapa? Agar sikap dan rasa nasionalisme itu tidak hanya sekedar ucapan saja, melainkan dapat diterapkan secara nyata dalam tindakan anak-anak kita kelak dewasa nanti.
|
Lagu "Gundul-gundul Pacul" membuka acara Bincang Pintar ini. |
|
Kak Seto in action |
Menanamkan sikap nasionalisme pada anak itu bisa dimana saja, tdk hanya disekolah. Salah satu contoh, dengan mendongengkan cerita-cerita tanah air dan cerita-cerita perjuangan para pahlawan. Bahkan mengajak mereka di rumah bernyanyi lagu-lagu daerah pun bisa menimbulkan rasa patriotisme. Lagu halo-halo Bandung, Bagimu Negeri, Mengheningkan Cipta, Maju Tak Gentar, dan banyak lagi.
Mengajarkan anak dengan cara menghapal sila-sila dari Pancasila menjadi sia-sia jika tidak diberikan contoh bagaimana penerapan dari Pancasila itu sendiri. Berikanlah contoh secara nyata dalam kehidupan sehari-hari pada anak bagaimana penerapan dari Persatuan Indonesia, bagaimana penerapan Ketuhanan Yang Maha Esa, bagaimana penerapan Kesejahteraan Sosial, dan sebagainya. Dengan begitu maka anak akan secara optimal mengerti makna dari Pancasila.
Menanamkan sikap dan rasa nasionalisme pada anak menjadi sangat penting, mengingat nasionalisme menjadi point ketiga setelah etika dan estetika dalam misi pendidikan nasional Indonesia. Nasionalisme ini diartikan bangga sebagai anak Indonesia, bangga pada Indonesia, dan bangga menggunakan produk Indonesia.
Masih menurut beliau, melemahnya nasionalisme pada anak-anak Indonesia salah satunya disebabkan oleh sistem pendidikan yang juga sudah menyimpang dari makna pendidikan itu sendiri.
Sebagai contoh, membeda-bedakan anak untuk kepandaian di suatu pelajaran. Anak yang tidak bagus nilai matematikanya, dianggap tidak pandai. Anak yang tidak mengerti ilmu pengetahuan alam, dianggap tidak pintar, dan sebagainya. Contoh lain, memberikan hukuman disekolah bagi anak yang tidak hapal nama-nama menteri kabinet. Padahal itu malah membuat anak tidak nyaman bersekolah, anak akan merasa sekolah bagaikan penjara. Akibatnya anak akan tidak suka bersekolah. Karena sesuatu yang dipaksakan akan mengakibatkan School Phobia. Dimana anak akan takut untuk pergi sekolah.
Pemberian mata pelajaran sekolah yang sangat banyak sehingga membuat anak harus membawa tas besar dan berat, itu juga penyebab School Phobia loh.
|
Ajarkan Pancasila dengan cara menyenangkan. |
Bagi anak-anak di sekolah swasta yang tidak mengharuskan upacara bendera, atau bahkan tidak mendapatkan pelajaran sejarah nasionalisme, disinilah peran orangtua sebagai mediator menjadi sangat penting. Salah satu contoh, orangtua bisa memediasikannya melalu teknologi, mendampingi anak meng-googling cerita-cerita kepahlawanan.
Intinya, kunci sukses menghadapi anak adalah : Kreatif dan jangan ada kekerasan dalam mengajarkan apapun terhadap anak, termasuk mengajarkan nasionalisme. Belajar pancasila bisa dilakukan dimana saja. Bisa dengan cara apapun, dengan catatan, tanpa kekerasan. Bisa sambil olahraga, bisa sambil bermain ditaman atau bisa juga sambil rekreasi bersama keluarga. Karena anak adalah peniru ulung. Ajarkan dan tanamkan sikap nasionalisme pada mereka dengan cara yang kreatif dan benar.
Diakhir acara, kak Seto berpesan, jangan ciptakan anak-anak kita menjadi anak penurut, tapi jadikan mereka anak-anak yang mandiri, yang mampu bekerja sama dalam hal yang positif, sehingga kelak mereka benar-benar bisa berguna bagi bangsanya.
|
Emak Blogger foto bersama. |