Kepulauan Seribu. Berwisata ke kepulauan ini merupakan hal yang wajib dicoba olehku. Apalagi sepertinya suami memang sedang butuh refreshing ke tempat yang jauh dr hiruk pikuk kesehariannya. Liburan bersama keluarga biasanya merupakan hal yang ditunggu bagi sebagian besar pekerja di Jakarta, ya suamiku itu.Walau pun itu hanya dilakukan sejenak saja.
Ada yang bilang, kepulauan seribu sekarang sudah ngga bagus. "Mau liat apa di sana, lautnya sudah banyak sampah, pemandangannya juga bisa dibilang ngga bagus."
Eit, kepulauan seribu yang mana dulu nih? Kalau kepulauan seribu yang terletak pas di depan teluk jakarta, memang kondisinya demikian. Mungkin karena aktivitas pelabuhan sunda kelapa yang banyak mengapungkan sampah.
Tapi coba deh agak menjauh dari teluk Jakarta ke arah utara, kondisinya berangsur-angsur bagus.
Dan April lalu, bersama dengan teman-teman kantor suami, kami menyelusuri perairan Jakarta...dengan kapal penyeberangan angkutan umum. Gibe dan Sava aku ajak. Sava-Gibe senang bukan kepalang bisa menyaksikan laut luas dari sisi kapal. Ini jelas pengalaman pertama buat mereka berdua.
Tidak sampai dua jam kami pun sampai di pulau yang berpantai pasir putih dan air bening kehijauan, Pulau Pari.
|
mamanya narsis sendiri nih... |
Pulau Pari adalah salah satu dari deretan pulau yang berjejer dari selatan-utara laut Jakarta. Sebagian besar penduduk di pulau ini mata pencahariannya adalah budidaya rumput laut. Pemandangan alam dan wisata air daerah ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi yang mengunjunginya. Begitu juga yang kami rasakan. Paket wisata yang kami tuju sudah pasti adalah objek andalan pulau ini, yaitu Pantai Perawan, dan Dermaga Bukit Matahari.
Sesampai di sini, kami langsung di sambut tour guide, yang adalah penduduk asli di sana, menuju rumah penginapan.
Rumah penginapan kami merupakan rumah warga yang sudah biasa disewakan bagi pengunjung pulau ini. Artinya, sebelah kanan kiri kami ya warga sekitar. Ini jadi memudahkan kami beradaptasi disana.